Sosok Supriyanto, Pengabdi Dari Balik Kemudi

Berita, Kolom46 Dilihat
banner 468x60

Fokuspers.com- Di balik kesibukannya sebagai Ketua Rukun Tetangga 06, Supriyanto tetap menjalankan profesinya sebagai seorang sopir di sebuah tempat penggrajian kayu. Meski sederhana, ia dikenal sebagai sosok pekerja keras yang tak kenal lelah demi menghidupi keluarga dan melayani masyarakat. Baginya, pengabdian bukan hanya tentang jabatan, melainkan tentang tanggung jawab dan ketulusan. Pandangannya tentang hidup pun sederhana namun dalam: bekerja dengan jujur, hidup dengan rukun, dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Meski dikenal rendah hati dan peduli lingkungan, Supriyanto sebenarnya sempat menolak saat namanya pertama kali diusulkan menjadi Ketua RT. Ia merasa tanggung jawab itu terlalu berat untuk dipikul sendirian, apalagi di tengah kesibukannya sebagai sopir dan kepala keluarga.

banner 336x280

“Menjadi pemimpin itu bukan soal bangga-banggaan, tapi soal siap dimintai pertanggungjawaban dunia akhirat,” ujarnya kepada warga yang mengusulkannya.

Namun karena tidak ada kandidat lain yang bersedia, dan warga tetap menginginkan sosok yang jujur dan dekat dengan masyarakat, akhirnya Supriyanto menerima amanah tersebut dengan niat tulus untuk mengabdi.

Sebelum menjabat sebagai Ketua RT periode 2022–2026, Supriyanto juga telah menunjukkan kepeduliannya kepada desa dengan menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) selama 12 tahun (2007–2019). Dalam forum musyawarah desa, ia sering menjadi penengah ketika terjadi perbedaan pandangan. Meski tak selalu disetujui, ia tetap dikenal sebagai tokoh yang bersuara tenang namun tegas dalam memperjuangkan kebaikan bersama.

Lahir pada 7 Desember 1968 dari pasangan Sumarni dan Muksin, Supriyanto tumbuh sebagai anak keempat dari enam bersaudara yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan. Ia mengenyam pendidikan sejak usia dini di TK Wonorejo, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Wonorejo, SMP Negeri 3 Jepara, dan lulus dari SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Pendidikan tersebut menjadi fondasi awal yang memperkuat kedisiplinannya dalam bekerja dan bermasyarakat.

Tantangan berat sempat ia alami saat pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020. Pekerjaan utamanya sebagai sopir pengangkut kayu mengalami penurunan drastis. Banyak pengusaha menunda produksi, pengiriman kayu menurun, dan Supriyanto tidak mendapatkan banyak job seperti biasanya. Meski berat, masa-masa itu justru memperkuat rasa solidaritas antarwarga karena Supriyanto juga aktif membantu tetangga yang mengalami hal serupa.

Kehidupan keluarga menjadi pilar penting dalam perjalanan hidup Supriyanto. Ia menikah dengan istrinya yaitu Rina Sihah pada Juli tahun 2000, dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai dua anak laki-laki. Di tengah kesibukannya, ia tetap mengutamakan kebersamaan dan nilai-nilai kekeluargaan. Meskipun sempat menghadapi tekanan ekonomi, terutama ketika tempat penggrajian tempatnya bekerja mengalami penurunan produksi, Supriyanto tetap tangguh menjalani peran sebagai kepala keluarga dan pemimpin lingkungan.

Konflik lain yang tak kalah menegangkan terjadi saat ia menjabat sebagai Ketua RT. Supriyanto sempat didemo oleh beberapa warga yang menuduhnya tidak adil dalam pendistribusian bantuan sosial (bansos) dari pemerintah pusat. Beberapa warga yang merasa tak kebagian menganggap pembagian itu tidak merata dan berpihak. Padahal, Supriyanto hanya menjalankan instruksi dan daftar penerima yang sudah ditetapkan oleh pusat berdasarkan data dari dinas sosial. Menanggapi itu, ia tidak lari dari masalah. Sebaliknya, ia langsung mengadakan pertemuan terbuka di balai RT, mengundang semua warga untuk berdialog secara transparan. Ia menunjukkan dokumen resmi sebagai dasar pembagian dan menawarkan solusi: membuat daftar tambahan warga terdampak yang belum menerima untuk diajukan dalam program berikutnya. Sikap terbukanya meredakan ketegangan dan mengembalikan kepercayaan warga.

Dalam menjalani hidupnya, Supriyanto selalu  ingat erat dengan kata “Niat apik, ora bakal ngapusi asil.” Yang berarti bagi Supriyanto ketika selama ia melangkah dengan niat tulus dan tidak menyimpang dari kejujuran, hasilnya akan mengikuti, cepat atau lambat. Prinsip inilah yang membuatnya tetap teguh ketika menghadapi kesulitan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kepemimpinannya di masyarakat.

Dari perjalanan hidup Supriyanto, kita belajar bahwa kesuksesan tidak selalu ditandai dengan kemewahan atau jabatan tinggi, melainkan dengan ketulusan dalam mengabdi dan konsistensi dalam menjalani peran, sekecil apa pun itu. Ia membuktikan bahwa seorang sopir penggrajian bisa sekaligus menjadi pemimpin lingkungan yang dihormati, karena kejujuran dan kedekatannya dengan warga. Sosoknya mengajarkan kita arti penting dari kesederhanaan, gotong royong, dan ketulusan sebagai kekuatan utama dalam membangun masyarakat yang harmonis.

(Nanda Amelia Nisma Putri, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Komunikasi dan Desain Unisnu Jepara)

banner 336x280