Jepara, Fokuspers.com– Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Unisnu Jepara mengadakan seminar dan Regional Youth Talk dalam memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) pada Senin (11/12/23) di Pendopo Kabupaten Jepara. Acara tersebut dihadiri oleh segenap pejabat daerah Kabupaten Jepara, Badan Eksekutif Mahasiswa se-Jawa Tengah, Ketua Organisasi Mahasiswa Unisnu Jepara. Dalam seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu Hindun Anisah yang menjadi Staff Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Fatimah Asri Muthmainnah yang merupakan Anggota komisi Nasional Disabilitas, dan Nur Hasyim sebagai Founder Aliansi Laki-Laki Baru.
Acara seminar ini merupakan puncak kegiatan dari peringatan 16 hari anti kekerasan terhadap Perempuan. Rangkaian kegiatan 16 hari anti kekerasan ini sudah berlangsung sejak tanggal 25 November hingga 10 Desember dimulai dengan macam-macam lomba seperti lomba fotografi, lomba video edukasi, dan lomba komik strip. Tema yang diusung saat lomba ialah tentang kesehatan mental dan kesetaraan gender.
“ Isu-isu tentang kekerasan perempuan dan anak, kesetaraan gender, kesehatan mental seharusnya menjadi tugas kita bersama tentang bagaimana mengedukasi masyarakat dan memberi hak yang sama secara merata dan juga menumbuhkan rasa kepedulian tinggi terhadap masyarakat disabilitas,” ungkap Santi Andriyani sebagai kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Unisnu Jepara.
Acara tersebut dibuka oleh PJ Bupati Jepara yang diwakili oleh Muhammad Taksin selaku Asisten Bidang Pemerintahan. Dalam sambutannya, ia menjelaskan tentang banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan baik dalam rumah tangga maupun wanita pekerja yang setiap tahunnya. Dia juga menjelaskan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak mencapai 15 kasus.
“ Ini juga sejalan dengan upaya yang dilakukan pemerintahan Kabupaten Jepara dalam menangani berbagai persoalan kekeraan berbasis gender. Berbagai uapaya ini tidak bis akita lakukan secara parsial, namun membutuhkan peran dan kontribusi dari berbagai pihak khususnya mahasiswa agen masyarakat intelektual,” ucapnya.
Acara seminar dilangsungkan oleh narasumber pertama yaitu Hindun Anisah yang menjelaskan mengenai Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam mendukung ruang setara tanpa kekerasan bagi Perempuan. Dilanjut oleh narasumber ke dua Fatimah Asri Muthmainnah tentang Tantangan Perempuan Disabilitas dalam melawan Kekerasan dan Diskriminasi.
“Masyarakat disabilitas tidak berhak untuk mendapatkan diskriminasi. Disabilitas bukan menjadi penghalang untuk kita mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang setara dengan masyarakat umum. Sekarang, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang tentang penyandang disabilitas juga memberikaan hak dan akses untuk mempekerjakan penyandang disabilitas,” imbuhnya.
Di sambung narasumber terakhir, Nur Hasyim Founder Aliansi Laki-Laki Baru Peran mahasiswa dalam melawan kekerasan berbasis gender dan mendukung ruang yang aman dan setara. Ia mengungkapkan kepada setiap mahasiswa diwajibkan untuk selalu waspada dan peduli mengenai kekerasan berbasis gender dan kesehatan mental karena perbuatan itu tidak dibenarkan. Mahasiswa juga harus memperhatikan tentang kesehatan mentalnya, memperbaiki emosi dan kejiwaan sehingga bisa mengurangi maraknya kasus bunuh diri yang korbannya rata-rata adalah mahasiswa dengan factor kekerasan atau perundungan yang dialami. Pada akhir acara, segenap Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jawa Tengah melakukan penandatanganan dan pernyataan aksi anti kekerasan dan perundungan.
“Harapannya, mahasiswa lebih awareness terhadap kesehatan mental dan menolak kekerasan gender, pelecehan serta perundungan dimanapun dalam bentuk apapun,” harap Santi. (mey)