Antologi Puisi “Rasa”

Kolom, Sastra168 Dilihat
banner 468x60

Antara Kenang dan Kepayang

Karya: Tarrisa Rahmi

banner 336x280

 

Aku yang diuji saat semi

Dikasihani saat kemarau

Patah karena badai

Dan tertimbun saat salju

Akulah ranting itu

 

Puisi adalah kita

Bersama kata, kita mampu berprasangka

Masalah rasa, dunia kala dan segalanya

Seringkali kita memutar otak

demi harga sebuah lega

 

curahan yang tertuang panjang

akan mampu kita kenang

disuatu malam bergemintang

 

entah erat tangan ini masih terpegang

atau mungkin malah renggang

 

Pati, Desember 2019

 

Semenandung Rindu

Karya: Viarsti Setiani

 

Hujan adalah sebuah simbol dari rasaku

Ia jatuh menetes, dengan sebuah ritma yang indah

Tik, tik perahan tanah basah olehnya beradu bunyi dengan angin,

Gemuruh badaipunkian menggelitiki nadi,

Sanggupkah awan menahan rindunya, atau akan ia akan pulang dengan sebuah tetesan air kerinduan?

 

Berbisik pada Buana

Andai langit punya telinga

Aku ingin berbisik pada awan

Seperti hujan yang berbicara pada tanah

Andai matahari punya tangan

Aku ingin menjamah apinya

Layaknya kumbang yang hinggap pada sebuah bunga

Andai saja…..

 

Setengah hati ikan asin

Oleh : Maulana Irsyad

 

Tuhan ….

Aku tau atas kehendakmu aku mempunyai ini semua.

Satu ikan asin dan sekepal nasi bungkus.

Tercampur menjadi satu makanan yang penuh cinta.

Tuhan…..

Aku akan terus menunggu kapan langitku menjadi cerah.

Menanti lagi, kapan hitamku jadi lazuardi.

Aku kadang terperangkap dalam cepatnya dunia.

Tapi aku banyak pula menyaksikan manusia yang tak punya arah.

Tuhan sekarang aku sangat bersyukur atas nikmat yang kau berikan.

Karena setengah dari ikan asin ini ku berikan kepada kucing-kucing jalanan yang berebut makan.

Yang kadang kepura-puraan mereka dengan kaleng kecil kosong yang mereka tenteng setiap hari.

Menjadikan ku berfikir atas rasa manusiawi.

Setengah ikan asin jadi santapan cintaku hari ini.

Semoga tuhan memenuhi kehidupan aku dan kucing kucing lainya dengan kasih.

 

Kuproy-03-feb-21

 

 

 

SECAWAN RINDU PADA SANG MURABBI

Karya:  Muhammad Wahyudi

 

Kabut hitam terkatup membisu

Hingga berubah menjadi kelabu

Tuk menembus seberkas rindu

Yang telah lama kian bersemayam dalam kalbu

 

Setetes kerinduan yang suci

Palawa didalam atma

Pair jantungku tak sejalan dengan hembusan

Menahan rasa rindu pada sang murabbi

 

Rindu yang tersimpan dalam kalbu

Beriring berarak membawakan padidaku dalam hembusamn sarayu

Hingga tiba dan bersujud dihadapan-Mu

Memberikan cawan rinduku akanmu

 

Jepara, 10 Januari 2021

 

SAJAK SYUKUR

 

Sajak ini….

Tentang Gadis bersepatu merah

Berjalan diatas butiran pasir

Menatap langit dengan sedikit goresan warna jingga

Tatapan sendu penuh makna

Tatapan yang sulit tuk dibaca

Kepingan huruf ia kumpulkan Lalu ia satukan

Dari banyaknya huruf hanya menjadi satu kata

“GELAP”

Sajak ini…..

Tantang gadis bersepatu merah

Yang duduk diatas ranjang kayu miliknya

Mendongakkan kepala menatap langit-langit kamarnya

Semua sama…

Kepingan huruf ia kumpulkan lalau ia satukan

Namun tetap menjadi satu kata

“GELAP”

Hujan turun dengan deras dikeningnya

Raut wajah takut bak diterka singa

Gadis itu membuka mata lalu berkata

“Alhamdulilah aku masih bisa melihat indahnya dunia.”

 

RINDU SENJA

Karya : Alif Ceking

 

Apa kabar senja sekarang

Ya, senja kini terasa  asing karena sekian lama

tak pernah berjumpa

dan hari ini aku kembali, tapi sayang senja hari ini murung

tanpa ada tanda akan membaik

Tenang, senja pasti akan kembali walaupun entah kapan

Kapan ??? hari kelabu semenjak awan hitam

Menghiasi sore tempat dia datang

Tak tau entah kapan, tapi senja sudah berjanji

Pasti dia akan kembali

Tapi janji terkadang tinggal janji

Tenang, janji senja tak seperti janji buaya

Senja pasti akan kembali dan kehadirannya pasti akan selalu dinanti

 

RATAPAN NEGERIKU

Karya : Virasti

 

Ibu pertiwi meratap

Memandang negerinya yang senyap

Ibu pertiwi menangis

Memandang Indonesia yang kian kritis

 

Sirine ambulan bersahutan

Sembunyikan tawa dibalik ketakutan

Berita kematian disana sini

Menjadi hantu yang menakuti

 

Diujung sana

Suara tangis terdengar pecah dalam duka

Terbujur mati orang tercinta

Dihunus kejam virus corona

 

Sementara disudut lain

Tangis anak meratap kelaparan

Pekerja diliburkan

Ribuan kepala hidup tanpa kepastian

 

Sampai kapan ini berakhir

Sedang derita mengalir seperti air

Masa depan bangsa menjadi korban

Sekolah ditutup membunuh pendidikan

 

Indonesia sedang berkabung

Republik ini dipayungi mendung

Entah sampai kapan semua akan usai

Biar kami kembali mengukir mimpi

 

Pada Tuhan sang penguasa jagad

Bebaskan negaraku dari sakit yang menjerat

Biarkan kamu kembali khusyuk beribadah

Mengagungkanmu kembali dimasjid berjamaah

 

Bangsri, 10 Juli 2021

 

 

 

Negeri Vaksinasi

Karya: Virasti

 

Ooh negeri bearapa banyak pahlawan yang terbekati

Oleh makhluk mungilmu yang suci

Banyak orang menghindar, jaga jarak takut tertulari

Apa yg menjadi keresahan hati

Ternyata sakit ini sakit sekali

Vaksinasi birokrasi mangan trasi

Banyak job buat mangsa kini

Sarapan roti buat mereka dengan hati2

Taku kalang kabut jadi senioriti

Oooh negeriku vaksinasi

Negeri sterilisasi otomatis bikin janji

Hacker jagoan bikin aksi

Nyatanya vaksinansi impotensi

Berbahankan aturan keamanan jadi pondasi

Oooh negeriku sayang negeri yang berseri

Kini engkau sedang diuji

Dari secuil dzarroh makhlukmu yang suci

Agar selalu mendekat pada sang ilahi robbi

Pintaku makhluk mungilmu kembali pergi

Menjadi ibrah manusia insani

Semungil suci tanpa alibi

Tanpa berdasi

Tanpa opini

Patuh dengan ilahi

Mengabarkan misi visi

Agar kau sadar diri

Ingat wahai yang bertahtakan profesi

Hidupmu disini takkan kekal abadi

Krlak akan kembali

Dalam dekapan ilangi

Di dalam sanubari

Menyelami butiran2 abadi

Ooh itukah kawan yang dinamakan setitik cobaan mobilisasi.

Buka jendela buka cakrawala surgawi

Menanti menyapamu dalam pelukan sujud syauqi

 

 

Jiwa Tak Berpenghuni

Karya: muhrizalfirdaus

 

Pijar lampu kota di malam hari

Di lengang jalanan kota yang basah terguyur hujan

Ada singgasana yang tak berpenghuni

Merindu pada kata-kata sunyi

Pada bias lampu yang berkilat

Pada merdu suara rintik yang jatuh

Ada jiwa yang menanti pada kelembutan awan hati

Berteduh pada dinginnya uap malam

Genang air yang menghapus jejak sementara telapak kaki

Menabur benih-benih kedamaian

Bagi jiwa-jiwa kosong yang tak berpenghuni

 

 

Tolong Pinjami Aku Namamu

Karya : Zahrotul Mila

 

Boleh aku meminta izin?

Meminjam namamu sebentar saja

Namun setiap hari, di usai salatku

Boleh aku meminta izin?

Melangitkan namamu, mengukir namamu

Tolong!!! Pinjami aku namamu

Kau marah? Aku tak peduli

Akan kurayu Tuhan

Kutitipkan namamu kepadaNya

Agar kelak, kau adalah hati tempatku berlabuh

Menyambar pahala di setiap detiknya

Tolong!!! Pinjami aku namamu

Sebagai tema dalam dzikir malamku

Sebagai judul dalam harapan hidupku

Melukis doa dalam ribuan hajatku

Hanya nama, tolong!!!

Tolong pinjami aku namamu

Tuk mengisi iman dalam label halal kelak dimasa depan

Agar Tuhan selalu kabulkan

Kau dan aku adalah kekasih surga

 

 

ANTARA RINDU DAN PENANTIAN

 

Bait ini, tentang mentari yang meyapa di pagi hari

Terukir wajah dilangit sana, Sosok tampan nan mempesona

Kursi kosong dipojok taman, Menanti sang tuan datang

Bait ini, tertulis dengan sendirinya, Mengikuti kata hati sang perasa

Yang tak seorangpun mengetahuinya, Entah ini tulus atau bualan semata

Merpati putih  bersenandung ria

Menikmati kekosongan suasana

Gemricik air dan suara kupu yang menghisap Nektar

terdengar begitu kerasnya

Namun kenapa sunyi tetap melanda??

Aku terpaku dalam rasa yang tak terarah,

Tersesat dalam jalan yang gelap gulita

Entah dimana diriku sekarang

Bait ini tak ada hentinya

Seperti sebuah Rindu yang tak kunjung reda

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *