Mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU), Perguruan Tinggi dan Literasi Digital

banner 468x60

Fokuspers.com- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi’ Alieha (Savic Ali) mengingatkan bahwa saat ini masyarakat telah masuk ke kehidupan digital. Masyarakat saat ini sudah hidup dalam dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya. Terlebih generasi muda saat ini nyaris tidak bisa dipisahkan dari aktivitas digital.

Oleh karena itu, menurut Savic, sudah saatnya literasi digital masuk ke kurikulum pendidikan di Indonesia. Pasalnya, realitas digital saat ini sudah menumbuhkan fenomena di mana generasi muda rela melakukan apa saja, positif maupun negatif, demi konten digital media sosial. (NU.Online/16/7/22)

banner 336x280

Berdasarkan data tersebut menyatakan bahwa hal tersebut menjadi tantangan di dunia pendidikan sekaligus menjadi peluang untuk masuknya literasi digital dalam kurikulum pendidikan saat ini khususnya perguruan tinggi. Seperti yang sudah terjadi dilapangan, berkembangnya teknologi digital memicu pertumbuhan di berbagai sektor kehidupan baik dari perilaku manusia dalam bidang komunikasi, bisnis, dan pendidikan. Di Indonesia, yang dapat dikatakan sebagai negara yang masih rendah akan tingkat literasi digital terjadi karena memang kurangnya akses ke perangkat teknologi dan kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan teknologi.

 

Perguruan Tinggi untuk Literasi Digital

Dilihat dari namanya ‘Perguruan Tinggi’ yakni sebagai lembaga yang mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak heran jika dikaitkan dengan peningkatan pendidikan melalui literasi digital di era 5.0 saat ini.

Terlepas dari pandangan itu semua, menurut Paul Gilster (1997) mengartikan bahwa pengertian literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi dalam berbagai bentuk. Baik itu dari sumber perangkat komputer ataupun dari ponsel.

Untuk menjadikan jejaring yang baik dalam membangun literasi digital di bidang pendidikan, Kementerian Kominfo menggandeng beberapa perguruan tinggi di Indonesia tentu sebagai salah satu wujud upaya menerapkan perubahan mendasar dan target meningkatkan indeks literasi digital nasional yang mana tidak bisa dilakukan hanya oleh satu lembaga  saja. Kolaborasi ini tentu salah satunya dilakukan melalui program pengabdian masyarakat atau Kuliah Kerja Nyata yang mana mahasiswa dapat memberikan materi-materi mengenai literasi digital kepada masyarakat setempat.

​Tak hanya itu, dengan terjalinnya literasi digital di kurikulum pendidikan, generasi muda akan memiliki pengetahuan bagaimana bermedia sosial dengan bijak, belajar menginformasikan sesuatu dari sumber yang jelas dan tidak hoax ataupun fitnah belaka, juga dapat memilah mana yang valid untuk dikonsumsi.

 

Peran Mahasiswa NU

​Selain itu, Para pemuda ataupun dalam lingkup perguruan tinggi yang disebut dengan mahasiswa yang mana mereka ini tergolong warga Nahdliyyin dituntut untuk melek teknologi karena saat ini dunia telah menjadi global village yang terkoneksi dengan teknologi informasi sehingga memang memungkinkan terjadinya pergeseran perubahan perilaku masyarakat. Tentu hal ini harus dibarengi dengan kemampuan kecerdasan dalam bermedia akankah nantinya dapat memberikan efek positif atau negatif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

​Sebagai mahasiswa NU, tentu harus tetap menjaga pola berpikir NU yang moderat, dinamis, dan tetap bermanhaj atau memiliki dasar keilmuan yang jelas untuk menyikapi segala persoalan, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk juga dalam menyikapi literasi digital di dunia perguruan tinggi atau pendidikan.

​Perkembangan informasi dan teknologi yang terjadi adalah sebuah keniscayaan. Sebagai mahasiswa NU dalam lingkup perguruan tinggi yang sadar akan perubahan, perkembangan dunia digital harus diambil hal positifnya dan ditinggalkan aspek yang mampu mendatangkan mudharat  atau kerugian.

Sementara itu, Ketua PP GP Ansor, Mabrur L Banuna menjelaskan seiring berkembangnya teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa makna Sumpah Pemuda dapat membawa semangat perubahan bagi pemuda ke arah yang lebih baik. Yaitu dapat menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan melalui digital culture yang tak lepas dari kehidupan generasi muda saat ini. Salah satunya juga dengan memberikan sebuah guidance isu dan narasi yang mempersatukan. Serta pemerintah negara harus ikut andil dalam memberikan ruang yang lebih luas kepada anak muda dalam menghadapi tantangan di era digitalisasi.

​Dengan begitu, adanya gerakan literasi digital yang sudah terjalin di berbagai perguruan tinggi dengan mahasiswanya yang bijak dalam bermedia dapat menjadikan strategi penting untuk berinternet secara sehat dan mendorong tumbuhnya konten-konten ataupun informasi kreatif-inspiratif di media sosial.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *