Jejak Panjang Pengabdian kiai Asy’ari Syamsuri dari Desa ke Dunia Dakwah

JEPARA, Fokuspres.com – Drs. Asy’ari Syamsuri, M.M., tokoh kharismatik asal Malangan, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, lahir pada tahun 1957. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan religius. Pendidikan formalnya dimulai dari SD hingga lulus tahun 1969, dilanjutkan ke PGA Pekalongan untuk kelas 1–3, lalu PGAN Lasem untuk kelas 4–6. Selama di Lasem, ia juga mondok di Pondok Pesantren An-Nur yang pengasuhnya abahnya gus Qoyyum, yaitu KH. Mansur Kholil.

Setelah menamatkan pendidikan di PGAN, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus selama satu tahun. Di masa itu, ia juga nyantri kepada KH. Arwani. Ia lalu berpindah ke Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga dan meraih gelar Sarjana Muda pada tahun 1980, tepat saat usianya menginjak 22 tahun.

“Asal saya dari Malangan, Pucakwangi, Pati. Zaman dulu beda dengan sekarang, sejak SD saya sudah mengaji di langgar. Banyak sekali pengaruh agama sejak kecil,” kenangnya saat menceritakan masa kecilnya.

Pada tahun 1982, ia memulai karier sebagai guru Agama Islam di SMEA Jepara (kini SMKN 3 Jepara), sambil ngekos di daerah Saripan. Seiring waktu, ia aktif di organisasi Gerakan Pemuda Ansor sejak 1983 hingga 1999, termasuk menjabat di tingkat kabupaten mulai 1988. Selain itu, ia juga menjadi pengurus NU Ranting Bapangan, MWCNU Jepara, dan PCNU Kabupaten Jepara. Ia juga aktif sebagai pengurus MUI sejak tahun 2000 hingga sekarang.

“Waktu itu saya aktif di Ansor selama 10 tahun. Lalu lanjut menjadi pengurus NU, baik di tingkat ranting, MWC, sampai cabang. Tahun 2012 sampai 2015 saya dipercaya jadi ketua NU Jepara,” ujarnya.

Perannya dalam dunia pendidikan juga tak kalah penting. Ia menjadi bagian dari pendiri INISNU Jepara bersama para tokoh NU lainnya. Di kampus tersebut, ia mengajar di Fakultas Tarbiyah sejak awal berdirinya hingga tahun 2024. Bahkan sempat menjabat sebagai Pembantu Dekan III di Fakultas Dakwah pada periode 1997–2002.

“Karena saat itu kekurangan personel, saya harus mengajar di dua fakultas sekaligus: Dakwah dan Tarbiyah. Tapi paling lama memang di Tarbiyah,” tuturnya.

Sebagai Pegawai Negeri sejak 1982, ia pensiun pada tahun 2017 setelah menjadi guru dan kepala sekolah. Ia juga sempat menjabat sebagai pengurus Baznas Kabupaten Jepara (2007–2012) dan sejak tahun 2006 menjadi pengurus Madrasah Al-Ma’arif Jepara.

Selain itu, kiai Asy’ari Syamsuri juga dikenal sebagai da’i. Ia menjadi khatib tetap di lima masjid besar, termasuk Masjid Agung. Ia aktif menyampaikan dakwah ke berbagai ranting NU di daerah seperti Keling dan Kembang.

Ia menitipkan pesan penting kepada generasi muda. “Jangan sampai terbuai dengan media sosial sampai lupa baca Al-Qur’an. Kalau sudah lupa Qur’an, akhlaknya bisa menurun, dan itu akan menjerumuskan ke hal-hal yang dilarang agama maupun negara,” ucapnya tegas.

Ia menekankan pentingnya shalat lima waktu dan berbakti kepada orang tua sebagai pondasi moral generasi masa depan. “Kesuksesan itu bukan cuma pintar dunia, tapi juga harus seimbang dengan akhirat. Dunia jangan dilupakan, tapi akhirat harus diutamakan,” jelasnya.

Kini, meski telah pensiun, Drs. Asy’ari Syamsuri, M.M. tetap aktif berdakwah dan berkhidmat di lembaga pendidikan Islam, menjadi teladan bagi generasi penerus umat.

Noor Fitriana Azizah, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UNISNU Jepara