Kolaborasi Bukan Sekedar Kompak! Pelatihan ini Bongkar Rahasia Team Work

Fokuspres.com, Jepara– Dibalik tawa riuh dan semangat mahasiswa penerima Beasiswa Cendekia Baznas (BCB) Angkatan II, terselip pelajaran hidup yang begitu berharga yakni kerja sama bukan sekedar berkumpul dan kompak, melainkan tentang melengkapi demi mencapai tujaun Bersama.

Sebagai upaya meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kerja tim para mahasiswa BCB Angkatan II mengikuti pelatihan dengan tema “Keterampilan Kolaborasi dan Team Work” yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Komunikasi dan Desain Unisnu Jepara. Kegiatan ini dilatih Khoirul Muslimin mentor BCB Unisnu Jepara dan sekaligus Wakil Dekan Fakultas Komunikasi dan Desain Unisnu Jepara

Dalam sesi awal pelatihan peserta diajak mengikuti sebuah permainan interaktif yang dirancang khusus untuk melatih kemampuan bekerja sama dan Menyusun strategi. Khoirul Muslimin menjelaskan bahwa permainan tersebut menjadi ilustrasi nyata bagaimana kolaborasi dan kerja tim dapat diterapkan secara efektif.

“Hasilnya luar biasa. Masing-masing kelompok mampu mendistribusikan tugas dan tanggung jawab secara optimal kepada anggotanya, sehingga permainan dapat diselesaikan dengan baik,” ujar Khoirul saat diwawancarai oleh Fokuspres.com secara daring, Rabu (16/7/2025).

Dalam pemaparannya, Khoirul menggarisbawahi perbedaan mendasar antara kolaborasi dan kerja tim. Ia menjelaskan bahwa kolaborasi merupakan proses kerja sama yang melahirkan kepercayaan, integritas, dan terobosan melalui pencapaian konsensus, kepemilikan, dan keterpaduan lintas aspek dalam organisasi.

“Kalau kolaborasi itu bersifat multidisipliner atau lintas fungsi, sedangkan team work lebih kepada kerja sama dalam satu bidang dengan tujuan yang sama,” jelasnya.

Ia memberikan contoh bahwa kolaborasi bisa terlihat dalam kegiatan pengajian umum di desa, di mana panitia melibatkan berbagai komponen seperti pemerintah desa, Fatayat NU, Muslimat NU, GP. Ansor, IPNU-IPPNU, Linmas keamanan desa, dan tim media. Semua elemen tersebut bekerja bersama dalam satu kegiatan, meskipun berasal dari latar belakang dan fungsi yang berbeda.

Sementara itu, kerja tim lebih terlihat pada kegiatan di kampus seperti penyusunan proposal pengabdian masyarakat dalam satu kelompok. Tugas dibagi secara spesifik yakni, ada yang membuat sampul, mengetik, mencari data, dan mendesain layout.

“Itu bentuk kerja sama dalam satu tim yang saling melengkapi dalam keterampilan,” tambahnya.

Di akhir pelatihan, Khoirul menyampaikan bahwa keterampilan utama yang harus dimiliki dalam kolaborasi dan kerja tim meliputi komunikasi yang baik, empati, kemampuan mendengarkan secara aktif, saling menghargai dan toleransi, kejujuran, serta rasa tanggung jawab.

“Untuk membangun kerja tim yang solid, menurutnya, diperlukan beberapa langkah penting, seperti memperlancar komunikasi, menumbuhkan rasa memiliki, memperjelas peran dan tanggung jawab, menetapkan target bersama, mengapresiasi setiap kontribusi, serta menyusun alur kerja yang jelas,” ungkapnya.

“Nah, untuk membangun kolaborasi, langkah-langkahnya antara lain: tentukan tujuan bersama, susun tim kolaboratif, bagi peran dan tanggung jawab, gunakan alat kolaboratif digital seperti grup WhatsApp, tetapkan timeline dan deadline, lakukan evaluasi berkala, serta jangan lupa beri apresiasi dan lakukan perbaikan,” imbuhnya. (Mus)