Namun, latihan kali ini tak luput dari tantangan. Idris menyampaikan kurangnya kedisiplinan dari tim produksi pentas refleksi.
“Beberapa tim produksi datang terlambat, bahkan ada yang tidak hadir. Ini membuat tim sulit menjaga mood dan fokus latihan,” ungkapnya dengan nada serius.
Meski begitu, ia mengakui bahwa sesi latihan malam tersebut lebih produktif dibandingkan hari sebelumnya.
“Karakter para aktor semakin matang, dan tekanan waktu justru membuat mereka lebih percaya diri,” tambah Idris.
Evita, aktor sekaligus penulis naskah, berharap pentas ini dapat menginspirasi anak muda dan mengajak orang tua merefleksikan pola asuh mereka.
“Kami ingin pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pesan mendalam kepada penonton,” ungkapnya.
Sindi, salah satu aktor juga menambahkan meski latihan melelahkan, prosesnya tetap menyenangkan dan menjadi sarana untuk menyalurkan emosi.
“Kami ingin penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga memahami pesan yang kami sampaikan. Pentas ini adalah cerminan kehidupan,” ujarnya.
Pentas refleksi yang disiapkan Teater Tuman tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga media komunikasi sosial yang mengangkat isu relevan bagi masyarakat. Idris berharap, dengan kolaborasi solid dari tim produksi dan seluruh warga Teater Tuman, pentas ini mampu meninggalkan kesan mendalam di hati setiap penonton.
Bagi kalian yang penasaran dengan aksi panggung spesial dan penuh makna dari Teater Tuman, pertunjukan ini adalah momen yang tak boleh dilewatkan.
Akankah mereka berhasil menyentuh hati penonton seperti yang diharapkan? Mari kita nantikan!
