KH. Kholil Hamid: Al-Qur’an Berjalan dan Pendidik Abadi

Kolom38 Dilihat
banner 468x60

Kholil Hamid (1921-1996 M) adalah sosok ulama besar dari Desa Wedelan, Bangsri, Jepara, yang dikenang karena dedikasi luar biasanya terhadap pengajaran dan pengkajian Al-Qur’an. Beliau mendapatkan julukan “Al-Qur’an berjalan” karena kehidupannya yang begitu selaras dengan nilai-nilai kitab suci tersebut. Dalam kesehariannya, KH. Kholil Hamid selalu melafadzkan ayat-ayat Al-Qur’an, bahkan konon ketika tidur pun mulutnya terus bergerak melantunkan ayat-ayat suci. Ketegasan, kedisiplinan, dan keteladanan beliau sebagai pendidik menjadikannya panutan bagi murid-muridnya yang kelak banyak di antaranya menjadi tokoh agama, kyai, dan ulama berpengaruh di berbagai daerah.

Kholil Hamid memulai perjalanan intelektualnya dengan semangat mengembara untuk mencari ilmu. Masa mudanya dihabiskan di Kajen, Pati, di mana beliau belajar dan menghafal Al-Qur’an. Hafalan beliau disetorkan kepada KH. Mahfudl (ayah KH. Sahal Mahfudl) dan KH. Mukhtar (kakak KH. Abdullah Salam). Selama masa ini, beliau juga menjadi Abdi Ndalem, merawat KH. Sahal Mahfudl yang masih kecil. Dari Kajen, perjalanan beliau berlanjut ke Peterongan, Jombang, di mana beliau berguru kepada KH. Dahlan Kholil dan KH. Romly Tamim. Kemudian, beliau melanjutkan penyetoran hafalan Al-Qur’an kepada KH. Arwani di Kudus dan menimba ilmu di Watucongol, Magelang, bersama KH. Dalhar.

banner 336x280

Pengembaraan panjang ini tidak hanya memperdalam ilmu agama beliau, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian KH. Kholil Hamid yang disiplin, tegas, namun penuh kasih sayang dalam mendidik murid-muridnya.

Sebagai pendidik, KH. Kholil Hamid dikenal sangat tegas. Salah satu kisah yang diceritakan putri sulung beliau, Nyai Hj. Muyassaroh, menggambarkan kedisiplinannya. Ketika menyimak hafalan Al-Qur’an, jika ada kesalahan dalam satu juz, murid harus mengulang dari awal. Metode ini menunjukkan komitmen beliau terhadap kesempurnaan dalam pengajaran. Tak heran jika banyak muridnya yang berhasil menjadi sosok-sosok luar biasa dalam dunia keagamaan.

Kholil Hamid mengajarkan Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik (Kutubut Turots) di Pesantren Al-Masyhuriyah, yang kini dikenal sebagai Ponpes Darus Salam/Darul Aitam. Beliau tidak hanya mengajar di pesantren tetapi juga aktif menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan sholat subuh. Pada masa itu, Bangsri dan sekitarnya belum teraliri listrik, sehingga suara adzan jarang terdengar. Beliau dengan sabar berkeliling kampung setiap subuh untuk membangunkan masyarakat agar melaksanakan ibadah.

Mengajar ratusan murid yang berasal dari berbagai latar belakang usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua, menjadi tantangan tersendiri bagi beliau. Pada masa itu, angka buta aksara, terutama dalam membaca Al-Qur’an, masih sangat tinggi. Namun, dengan penuh kasih sayang, KH. Kholil Hamid melaksanakan tugasnya. Beliau bahkan memperhatikan kehadiran murid-muridnya dan selalu menanyakan alasan jika ada yang tidak hadir dalam kegiatan mengaji.

Kholil Hamid meninggalkan warisan besar, baik dalam bentuk murid-murid yang berhasil maupun lembaga-lembaga pendidikan yang masih aktif hingga kini. Nama beliau diabadikan dalam Yayasan Kholiliyah Bangsri, yang menaungi sejumlah lembaga pendidikan, di antaranya:

  1. Madrasah Diniyah Darut Ta’lim Bangsri
  2. Pondok Pesantren Darut Ta’lim Bangsri Jepara
  3. SMK Kholiliyah Bangsri
  4. MA Darut Ta’lim Bangsri
  5. SMP Islam Terpadu Kholiliyah
  6. MQTD Al-Asror Paket A
  7. RA Datakids Kholiliyah – TK

Setiap lembaga ini menjadi saksi atas perjuangan dan dedikasi KH. Kholil Hamid dalam mencerdaskan umat dan menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah masyarakat. Kholil Hamid menghembuskan nafas terakhir pada 24 Sya’ban 1416 H atau 3 Januari 1996 M. Beliau dimakamkan di kompleks Pemakaman Tengger, Wedelan, Bangsri, Jepara. Hingga kini, makam beliau menjadi tempat yang dihormati dan dikunjungi sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa besar beliau dalam dunia pendidikan dan dakwah Islam. Kehidupan dan perjuangan KH. Kholil Hamid mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kesabaran, dedikasi, dan keikhlasan dalam berbuat. Beliau adalah teladan yang menunjukkan bahwa pengabdian kepada Al-Qur’an dan umat manusia adalah jalan yang mulia dan penuh keberkahan.

 

Oleh: Diyan Ni’matus Sa’adah (Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Unisnu Jepara)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *