Muhammad Rodli : Kisah Inspiratif Dedikasi di Dunia Pendidikan

Kolom51 Dilihat
banner 468x60

Muhammad Rodli, atau yang semasa kecilnya dikenal dengan nama Triman, lahir di Jepara pada 3 April 1972 sebagai putra keempat dari enam bersaudara pasangan Bapak Tamam dan Ibu Asropah. Sejak muda, Rodli menunjukkan dedikasi terhadap pendidikan agama.

Pendidikannya dimulai di Pondok Pesantren milik Bapak Solekah, Lebak. Kemudian dilanjutkan di Pondok Pesantren Mayong, Gleget, dan Pelemkerep sebagai santri yang menghafal Al-Qur’an. Namun, di sana beliau tidak bisa menyelesaikan khatamannya. Beliau lantas mengkhatamkan hafalan Qur’an 30 juz di Darut Ta’lim Bangsri yang dipimpin oleh Kiyai Kholil. Meskipun beliau menyetorkan hafalannya kepada Yai Kholil, beliau juga nyantri dan menginap di Darul Aitam yang diasuh oleh Pak Mastur. Karena terlalu haus akan ilmu agama, setelah beliau mengkhatamkan Al-Qur’an 30 juz, beliau nyantri di Banyuwangi selama 5 tahun untuk mempelajari kitab.

banner 336x280

Kariernya dimulai sebagai guru di MTs dan MA Miftahul Huda Bulungan. Beliau melanjutkan pendidikan S1 di INISNU melalui program khusus yang saat itu berada di Bangsri dan wisuda pada 2010. Kemudian, beliau menempuh pendidikan S2 Manajemen Pendidikan di UNISNU pada 2013 dan lulus pada 2018. Pada 2019, beliau diangkat menjadi Kepala Sekolah MTs Miftahul Huda Bulungan dan terpaksa beristirahat pada 2020 dikarenakan jatuh sakit.

Dalam kehidupan pribadi, Rodli menikah pada 1996. Beliau dikenal sebagai sosok yang penyayang, lemah lembut, dan disiplin. Hal tersebut dibuktikan dengan perlakuannya terhadap keluarga dan orang tuanya. Beliau wafat ketika melaksanakan haji di Makkah pada 1 Juli 2022 pukul 03.00 waktu setempat. Lantas beliau dimakamkan di Makkah.

Sebagai hafidz Qur’an 30 juz, pengajar, dan pemimpin, Rodli meninggalkan warisan berharga bagi keluarga, murid, dan rekan-rekan. Dedikasi dan integritasnya menjadi inspirasi bagi banyak orang. Beliau dikenal sebagai sosok lemah lembut yang membekas selepas kepergiannya dan menyampaikan pesan kedisiplinan dalam menuntut ilmu, utamanya ilmu agama. Karena bagi beliau, apa pun yang menjadi tujuan, jika ilmu agama didahulukan, maka yang lain akan mengikuti dengan sendirinya.

 

Oleh: Adelia Eka Saputri (Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Unisnu Jepara)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *