Puisi karya : Virasti Setiani
Tinta penaku hampir habis ketika aku memutuskan untuk menulis ini, menuang isi kepala yang berkecamuk hingga ke ruang hati.
Tentang pertemuanku dengan seorang lelaki biasa, yang tadinya tak kukira dia akan mampu mengganggu pikiranku hingga sekacau ini.
Malam itu kami bertemu di sela rintikan hujan, berjabat tangan di tengah genangan air yang tertampung pada lantai rumah kayu yang menjadi saksi awal perjumpaan kami.
Aku sebenarnya hanya perempuan biasa yang selama ini selalu bersembunyi di balik narasi romantis milik orang lain yang kubuat seolah-olah itu kisahku. Ya, aku sepenuh hati jujur mengatakan ini bahwa aku tak pernah ada dalam setiap kisah-kasih yang pernah kutulis di berandaku, sebab aku lebih suka melukis kata dan rasa dari bisikan-bisikan pasangan yang sedang kasmaran, atau kadang kurangkai dari pihak-pihak yang meraung karena patah hati.
Namun kali ini aku tak berkisah tentang orang lain. Ini tentangku dan lelakiku, tentang kami yang bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Pula tentang dia yang bukan pujangga dan bukan penyair, namun setiap aksara sederhana racikannya selalu membuat hatiku bergetar, hingga rasa yang selama ini kujaga mati-matian akhirnya harus terlepas begitu saja karena pesona kata yang selalu dia untai dengan rela.
Untukmu lelaki dengan sejuta misteri rasa, sudilah kiranya kau menetap di ruang hatiku. Bersama kita mengukir cerita, tinggalkan asa dari masa lalu yang masih tersisa.
Kita tak perlu seheboh Raffi dan Nagita yang punya Janji Terakhir, tak perlu pula harus seromantis Kamulah Takdirku milik Afgan dan Rossa, atau harus sesuci Armand Maulana dalam ulasan 11 Januari.
Kita akan menjadi kita yang tak pernah ada dalam cerita orang lain, dan yang tak pernah dinyanyikan oleh biduan lain, sebab kita yang kita kisahkan adalah kita milik kita sendiri. Kau tahu kenapa? Karena seperti katamu kita akan berjalan seperti Kotak, Pelan-pelan saja.
Aku tak ingin banyak bicara tuk tegaskan rasa, tapi sekali lagi untuk lelaki maduku, ketahuilah kisahku kini berakhir di kamu.