Bakso Mini Tiga ribuan: Kisah Sukses Edi Wibowo di Depan Gerbang UNISNU Jepara

Ekonomi, Kampus236 Dilihat
banner 468x60

Tahunan, Fokuspress.com – Masa depan ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini, dan ini sangat sesuai dengan semangat Edi Wibowo, penjual bakso mini dari Jogja yang kini menetap di Jepara. Setiap hari, Edi memulai rutinitasnya dengan menempatkan gerobak baksonya di lokasi strategis, tepat di depan toko kelontong yang berhadapan dengan gerbang Universitas Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara. Lokasi ini menjadi magnet bagi para mahasiswa yang mencari makanan lezat dan terjangkau.

“Saya mulai berjualan dari jam sembilan pagi sampai jam delapan malam. Alhamdulillah, penghasilan bisa dikatakan sekitar seratus ribu rupiah per hari. Itu cukup untuk kehidupan sehari-hari. Untuk satu porsi, saya tidak menetapkan harga tetap, tapi kebanyakan harga terendah mulai dari tiga ribu rupiah, umumnya lima ribu rupiah,” ujar Edi dengan nada bersyukur saat diwawancarai oleh Fokus Pers di lokasi jualannya di Tahunan, Jepara, Jumat (14/6/2024).

banner 336x280

Edi yang merantau dari Jogja, mengontrak rumah di Jepara, dan menyekolahkan anaknya di MI Masalikil Huda. “Keluarga saya semua berada di sini. Kalau pulang ke Jogja paling saat ada keperluan mendesak atau ikut liburan anak,” katanya.

Berjualan bakso bukanlah pekerjaan yang mudah bagi Edi. Memulai usahanya sejak 2012, ide untuk menjual bakso kuah datang dari dirinya sendiri. “Awalnya, di sini belum ada yang menjual bakso kuah, kebanyakan bakso kering. Jadi, saya punya inisiatif untuk menjual bakso kuah. Selain itu, saya juga menyediakan bakso dengan bumbu kacang,” imbuhnya.

Menariknya, pelanggan Edi tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa, tetapi juga masyarakat sekitar. Hal ini membuat pendapatannya tetap stabil meskipun kampus sedang libur. “Kalau keluh kesah nggak ada, paling kalau capek itu ya memang konsekuensi. Namanya juga bekerja mencari nafkah, ya harus semangat demi memenuhi kebutuhan sehari-hari,” pungkasnya.

Edi merasakan banyak manfaat dari berjualan di Jepara. Meski merantau, ia masih bisa berkumpul dengan keluarga dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Senangnya berjualan di sini ya walaupun merantau, masih bisa kumpul dengan keluarga dan mencukupi kebutuhan. Selain itu, juga menambah relasi karena hidup tidak hanya di satu kota, tapi juga di kota lain,” tuturnya.

Namun, tantangan tetap ada, terutama saat bulan puasa. “Kalau apes nggak ada, tapi kalau bulan puasa memang pendapatan agak menurun karena berjualan paling dari sore ketika menjelang berbuka sampai malam sekitar jam 10.00 malam. Untuk ke depannya, saya berharap agar diberi kelancaran,” tandasnya.

Edi Wibowo adalah contoh nyata bagaimana tekad dan semangat bisa membawa kesuksesan. Dengan bakso mini seharga tigaribuan, ia mampu memenuhi kebutuhan keluarganya dan menambah relasi di kota perantauan. (Lusiana semester 2)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *