Mbah Kopek, yang juga dikenal sebagai Mbah Ngopek atau Mbah Mboyan, merupakan seorang wali perempuan yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Desa Sowan Kidul, Kecamatan Kedung, Jepara. Beliau diyakini wafat pada tahun 1419 Masehi, sebagaimana tertulis di batu nisannya yang hingga kini masih terjaga dengan baik.
Asal Usul dan Perjalanan Dakwah
Asal usul Mbah Kopek diperkirakan berasal dari Jawa Timur. Hal ini didasarkan pada kemiripan jenis batu nisan yang ditemukan di makamnya dengan batu nisan yang umum dijumpai di daerah tersebut. Beliau datang ke Sowan Kidul, sebuah wilayah yang pada masa itu dikenal sebagai “kampung wali” karena banyaknya tokoh penyebar agama Islam yang bermukim di sana.
Nama “Kopek” memiliki beberapa versi asal usul. Salah satu versi menyebutkan bahwa nama ini berasal dari kebiasaan beliau mengenakan kemben, yang kemudian disebut “kopek” oleh masyarakat setempat. Versi lain mengaitkan nama tersebut dengan kata Arab kufuwun, yang berarti “cukup”, mencerminkan sifat beliau yang senantiasa mencukupi kebutuhan umatnya, baik secara spiritual maupun material.
Dalam aktivitas dakwahnya, Mbah Kopek dikenal sebagai sosok yang ramah dan dermawan. Beliau kerap membagikan kain rukuh kepada masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk mendorong mereka menjalankan shalat. Selain itu, beliau aktif bertani bersama masyarakat, sebuah pendekatan yang menunjukkan kedekatan beliau dengan rakyat jelata sekaligus mengajarkan nilai-nilai Islam melalui kehidupan sehari-hari.
Warisan Spiritualitas dan Kebudayaan
Makam Mbah Kopek terletak di RT 01 RW 01, Sowan Kidul, tepat di sebelah timur Sungai Kedung Bule. Makam ini dinaungi oleh dua pohon besar, yaitu pohon kepoh dan beringin, yang menjadi simbol khas makam keluarga bangsawan. Keberadaan pohon-pohon ini memberikan nuansa sejuk dan khidmat bagi para peziarah.
Setiap hari Senin dan Kamis Pon, makam Mbah Kopek ramai dikunjungi oleh warga setempat maupun dari luar daerah. Para peziarah biasanya membawa sedekah dan makanan dari rumah sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada beliau. Tradisi ini juga dimaknai sebagai tawassul dan tabarruk, yakni memohon keberkahan melalui perantara seorang wali.
Setiap tahun, masyarakat Sowan Kidul memperingati haul Mbah Kopek dengan serangkaian acara, seperti karnaval dan kirab budaya. Acara ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang jasa Mbah Kopek sebagai sesepuh desa, tetapi juga berfungsi sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Kirab budaya tersebut biasanya melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, yang berpakaian adat atau menggambarkan sejarah perjuangan Mbah Kopek. Di samping itu, kegiatan ini turut mengundang perhatian warga desa lain yang ingin menyaksikan keberagaman tradisi lokal.
Mbah Kopek meninggalkan warisan yang sangat berharga, baik dalam aspek spiritual maupun kebudayaan. Nilai-nilai yang diajarkannya, seperti kesederhanaan, keikhlasan, dan semangat kebersamaan, terus hidup di tengah masyarakat Sowan Kidul. Hingga kini, beliau tetap dihormati sebagai sosok yang berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.
Tradisi ziarah dan perayaan haul yang terus berlangsung setiap tahun menjadi bukti bahwa nama Mbah Kopek tidak pernah pudar di hati masyarakat. Beliau bukan hanya dikenang sebagai seorang wali, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan semangat gotong royong bagi Desa Sowan Kidul. Dengan segala keteladanannya, Mbah Kopek mengajarkan kepada kita bahwa dakwah bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga perlu tindakan nyata yang menyentuh kehidupan orang banyak.
Oleh : Kassanova Alfira (Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran IslamĀ UnisnuĀ Jepara)