K. Murdi, seorang tokoh yang sangat dihormati di masyarakat Troso, lahir pada tahun 1954. Meskipun pendidikan formalnya hanya sampai Sekolah Rakyat, semangat belajar dan pengabdiannya terhadap masyarakat tidak pernah pudar. Sejak usia muda, beliau sudah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap ilmu agama dan pengabdian sosial. Sehari-hari, K. Murdi menjalani profesinya sebagai penenun, sebuah pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan kesabaran. Namun, peran dan pengaruhnya di masyarakat jauh melampaui profesi tersebut.
Sebagai seorang tokoh spiritual, K. Murdi dikenal luas karena kemampuannya dalam menciptakan ajimat dan raja. Benda-benda ini dipercaya membawa keberkahan bagi para pemeluk agama Islam, khususnya pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Ritual ini menjadi momen yang sangat dinantikan oleh masyarakat, di mana mereka datang dari berbagai tempat untuk mendapatkan berkah melalui ajimat yang dibuat oleh K. Murdi. Keberadaan beliau sebagai tokoh spiritual tidak hanya memberikan ketenangan batin bagi masyarakat, tetapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan di Troso.
Selain perannya sebagai tokoh spiritual, K. Murdi juga aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Troso, di mana beliau menjabat sebagai humas. Dalam peran ini, beliau kerap berinisiatif mencari bantuan dan dukungan untuk berbagai kegiatan keagamaan di lingkungannya. K. Murdi selalu siap sedia dalam mengorganisir kegiatan, mulai dari pengajian, peringatan hari besar Islam, hingga acara sosial lainnya. Dedikasinya dalam memperkuat organisasi keagamaan ini membuatnya menjadi sosok yang sangat dihormati dan diandalkan oleh masyarakat setempat.
Keterlibatan K. Murdi dalam berbagai yayasan seperti Matholiul Huda, Walisongo Pecangaan, dan Inisnu Jepara juga sangat besar. Beliau tidak hanya menjadi penggerak massa, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Salah satu peran penting yang sering beliau lakukan adalah mencari dana untuk mendukung kegiatan-kegiatan yayasan. Selain itu, beliau juga terlibat dalam mengumpulkan daun jati untuk membungkus nasi dalam acara haul Sunan Kudus, sebuah tradisi yang masih dijaga dan dihormati oleh masyarakat setempat.
Ketokohan K. Murdi diakui tidak hanya di kalangan agamawan, tetapi juga di masyarakat luas. Beliau dikenal sebagai pawang hujan, sebuah kemampuan yang dianggap sangat bermanfaat, terutama dalam acara-acara besar yang membutuhkan cuaca baik. Selain itu, K. Murdi sering diminta bantuannya untuk mengobati orang yang kesurupan, sebuah peran yang membutuhkan keahlian khusus dan kepercayaan dari masyarakat. Kedermawanannya dalam menolong sesama tanpa pamrih menjadikannya panutan bagi banyak orang. K. Murdi selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang latar belakang atau status sosial mereka.
Salah satu kontribusi terbesar K. Murdi adalah dalam mengislamkan masyarakat Sukodono yang mayoritas beragama Kristen. Meskipun menghadapi banyak tantangan dan rintangan, beliau tetap teguh pada pendiriannya. Dengan pendekatan yang penuh kelembutan dan pengertian, K. Murdi berhasil mengajak banyak orang untuk memeluk agama Islam. Usahanya yang tidak kenal lelah dalam berdakwah menunjukkan komitmen dan dedikasi beliau terhadap agama dan masyarakat.
K. Murdi mengajarkan kepada kita tentang pentingnya keikhlasan dalam beribadah dan pengabdian kepada agama. Beliau menunjukkan betapa besar pengaruh seorang individu dalam memajukan masyarakat. Semangat gotong royong, kepedulian terhadap sesama, dan dedikasi yang tinggi dalam membantu orang lain adalah nilai-nilai yang selalu beliau tanamkan dalam setiap kesempatan. Keteladanan yang ditunjukkan oleh K. Murdi menjadi inspirasi bagi banyak orang, dan warisan beliau akan terus hidup di hati masyarakat Troso dan sekitarnya.